Saya Miris :(


Keluarga Dita

Betapa mirisnya saya ketika dalam waktu dua hari ada dua BOM yang terjadi di kota Surabaya. Pertama adalah, bom yang dilakukan di 3 gereja diantaranya Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Surabaya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno dan besok harinya terjadi lagi di mapolrestabes Surabaya.

Ditambah orang yang melakukan bom bunuh diri itu sekeluarga. Yang mana mereka terdiri dari Ibu, Bapak, dua orang anak laki laki dan dua orang anak perempuan. 

Pertanyaan yang pertama muncul di kepala saya adalah, kok tega ngajak anaknya sendiri untuk ngelakuin bom bunuh diri? 

Kayak orang tua mereka memanfaatkan anaknya yang masih polos yang belum tau apa-apa, cuma modal “omongan orang tua” yang mereka anggap bener mereka (para anak) mau ngelakuin.

Pemikiran saya kepada anak pelaku bom adalah, saya salut mereka termasuk anak yang nurut terhadap orang tua, tapi orang tuanya yang menyalahgunakan rasa bakti anaknya dengan ngajak melakukan bom bunuh diri. Kejam sih.

Dari berita yang saya baca, ada anak perempuan namanya Ais yang masih selamat dari kejadian bom bunuh diri itu. Dia sekarang Alhamdulillah dirawat di rumah sakit. Saya yang miris adalah masa depan si anak. 

Bayangin di umur yang masih 7 tahun dia harus menerima terpaan media kalo orang tuanya teroris, orang tuanya dianggap menyimpang, orang tua yang di benci oleh masyarakat Indonesia, tapi apapun omongan orang bagi Ais mereka adalah orang tuanya. 

Saya sih berharap mental anak semoga kuat untuk menghadapi kehidupan dia di masa depan dan dari kejadian itu dia tau kalo dia masih perlu berlajar lebih banyak tentang agama.

Dan yang miris juga buat saya ini mau masuk bulan ramadhan, bulan yang suci, bulan yang meniurut saya asik. Kenapa asik? Karena bagi saya bisa ngumpul, terus buka puasa bareng sama keluarga. Sementara mereka engga. Bisa reuni sama berbagai sahabat yang kita punya. Sementara mereka tidak.

Terlepas dari keluarga itu mengikuti ISIS atau engga tapi saya belajar satu hal bahwa kita sebagai anak bukan hanya mendapatkan ilmu saja dari orang tua tapi memang perlu mencari ilmu sendiri supaya bisa BERDISKUSI tentang apapun dengan orang tua kita. Entah hasilnya kita yang SALAH atau kita yang BENAR, menurut saya memperdalam ilmu lalu mendiskusikannya itu sesuatu yang diperlukan.

Gara-gara kejadian teroris itu beberapa orang yang berjanggut panjang dan wanita bercadar tadinya punya kehidupan yang tenang mulai dicurigai. Saya kalo jadi mereka terus merasa banyak orang yang curiga sama saya, saya risih tau. Kayak apapun gerak gerik saya jadi ada yang ngawasin. Dan bukan sekedar ngawasin tapi bener bener dipantau banget gitu. Padahal bisa jadi mereka ga salah apa-apa.

#KamiTidakTakutTeroris

#IndonesiaDamai

#BhinekaTunggalIka

0 comments:

Post a Comment